Berkunjung Lagi ke Vietnam


Ke Vietnam lagi? Apa sih menariknya Vietnam?


Pertanyaan2 semacam itu sering saya temui ketika saya cerita tentang rencana liburan ke Vietnam. Mungkin Vietnam masih kalah top jika dibandingkan Singapura, Malaysia atau Thailand sebagai Negara tujuan wisata di Asia Tenggara. Tapi justru itu yang membuat saya tertarik untuk mengunjungi Vietnam lagi, setelah kunjungan saya yang pertama sekitar 2,5 tahun yang lalu.

Liburan ke Vietnam kali ini, saya pergi bersama 2 orang teman, Rian & Rima. Adik saya, Nia, batal pergi karena dia baru pindah kerja sehingga sulit untuk bisa “berhutang” cuti selama 6 hari kerja. Itinerary liburan disusun untuk lebih banyak mengeksplorasi Vietnam Utara. Kota-kota yang kami kunjungi selama 8 hari perjalanan antara lain Hanoi, Sa Pa, Ha Long Bay, Mui Ne dan Ho Chi Minh City.


Kami berangkat dari Jakarta hari Senin sore dan tiba di Ho Chi Minh City sekitar jam 8 malam. Karena besok subuh kami sudah harus terbang lagi ke Hanoi, malam itu kami menginap tidak jauh dari Bandara Tan Son Nhat.  Namun rupanya daerah ini bukan daerah wisata yang biasa disinggahi turis. Sehingga kami cukup kesulitan ketika memesan makan malam di sebuah restoran seafood karena pelayannya tidak mengerti bahasa Inggris. Tentu saja diantara kami bertiga tidak ada yang bisa bahasa Vietnam. Untunglah dengan campuran bahasa Tarzan dan sistem tunjuk gambar di menu kami bisa menikmati makan malam.

Salah satu menu makan malam hasil tunjuk gambar
Keesokan harinya, sekitar pukul 4 pagi kami sudah bergerak menuju bandara. Kalau kata Putu, teman yang sempat menetap di HCMC, terminal domestik bandara Tan Son Nhat mirip dengan terminal domestik Soetta. Benar saja. Kondisinya ramai dan semrawut. Mirip terminal 1 Soetta di pagi hari.

Kami terbang ke Hanoi dengan menggunakan Jet Star, penerbangan pertama pukul 6 pagi. Penerbangannya cukup tepat waktu. Sebelum pukul 6, kami dipersilakan boarding. Dengan menggunakan bis, penumpang diangkut dari gedung terminal ke lokasi parkir pesawat yang letaknya cukup jauh. Bis berhenti tepat di samping pesawat, tapi pintu bis tidak kunjung dibuka. Baru saja saya bergumam mengapa lama sekali, Rian berkata “Ada ular jatuh dari bagasi pesawat!”. Saya langsung menoleh ke arah pesawat. Dari jarak sekitar 10 meter, saya bisa melihat ada ular di bawah perut pesawat. Tidak tahu apakah ada penumpang yang membawa ular atau ular itu menyelundup masuk ke dalam pesawat.  Saya sih hanya berdoa, semoga tidak ada lagi kerabat ular tersebut di dalam pesawat. Hiiiii...amit-amit!

Setelah insiden ular jatuh itu beres, penumpang baru dipersilakan naik. Penerbangan ke Hanoi ditempuh dalam waktu 2 jam. Lumayan lama untuk diisi dengan tidur-tidur ayam.



Sesampainya di Hanoi, kami segera mencari bis (semacam bis Damri kalau disini) yang akan membawa kami ke daerah Old Quarter.  Info bis ini saya dapat dari Ponco. Keluar dari gedung terminal, berjalan kearah kanan. Biaya bis ini 40.000 Vietnam Dong (VND). Sebelum naik, kami juga bertanya apakah bis ini akan ke Old Quarter dan dijawab iya. Yeay!! Kami jadi tidak sabar untuk segera berangkat.

Masih lebih bagus bis Damri di Indonesia :)
Perjalanan dengan bis memakan waktu kurang lebih 45 menit sebelum akhirnya bis berhenti. Tapi, lho kok?! Daerah sekelilingnya tidak tampak seperti wilayah Old Quarter yang kami lihat diinternet. Setelah bertanya dan mencocokkan dengan peta, kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju Old Quarter. Lagi pula, kata Ponco hanya membutuhkan waktu 15 menit. Namun, setelah 30 menit berjalan, kami justru mendapati petunjuk jalan yang berbeda dengan peta. Yup! Kami nyasar. Akhirnya kami putuskan naik taksi karena kami masih perlu pesan tiket kereta ke Sa Pa untuk nanti malam.


Memperdebatkan arah
Sesampainya di Old Quarter, kami cari tour untuk pesan perjalanan ke Sa Pa dan Ha Long Bay. Setelah itu, kami menunggu Anh & Long, teman Rima & Rian sewaktu pendidikan di Malaysia tahun lalu. Mereka sudah janjian untuk bertemu dan katanya kami akan dijamu makan siang.

Anh & Long membawa kami ke Quan An Ngon, sebuah restoran yang (tampaknya) sangat terkenal. Ramai sekali siang itu. Semua meja di lantai bawah terisi. Kami makan di area balkon lantai 2. Tidak ramai, karena hanya ada 2 meja masing-masing kapasitas 6 orang. Ternyata restoran ini memiliki konsep “one stop shop for Vietnamese street food” dan siang itu kami benar-benar dijamu.



Jika sebelumnya saya hanya mengenal Pho dan roti baguette sebagai makanan khas Vietnam, kali ini saya diperkenalkan dengan berbagai macam makanan khas. Karena kami tidak makan babi, Anh & Long memesankan seafood dengan berbagai macam sayuran. Favorit saya adalah semacam spring roll yang berisi sayuran dan udang yang dibungkus dengan rice paper dan dicelupkan ke saus asam manis. Segar.

Ini dia, makanan kesukaan saya :)
Setelah makan siang, Anh & Long mengantarkan kami ke sisi utara danau Hoan Kiem. Mereka menyarankan kami untuk naik mobil listrik yang akan berkeliling kawasan Old Quarter dan menjelajah sekitar danau Hoan Kiem saja mengingat jam 6 sore kami sudah harus siap di tour agent untuk melanjutkan perjalanan ke Sa Pa. Disini kami berpisah dengan Anh & Long karena mereka harus kembali bekerja.

Kawasan Old Quarter itu sendiri merupakan kawasan yang terkenal diantara backpacker. Letaknya ada  di sisi utara danau Hoan Kiem. Berbagai macam penginapan dan tour agent ada disini. Yang unik, tiap jalan di Old Quarter berisi toko dengan jenis barang dagangan yang sama. Jadi, ada jalan yang berisi toko-toko penjual mainan anak-anak, ada jalan yang berisi pedagang pakaian dan lain sebagainya. Old quarter cukup luas. Kami membutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk berkeliling dengan menggunakan mobil listrik. 35 menit yang dipenuhi dengan suara klakson yang tidak henti-hentinya dan motor yang berseliweran seenaknya. Tapi 2 hal inilah, suara klakson dan motor yang ugal-ugalan, yang “Vietnam banget”.



Setelah berkeliling dengan mobil listrik, kami jalan-jalan di sekitar danau Hoan Kiem. Langit siang itu mendung, tapi udara terasa panas. Gerah  lebih tepatnya. Berjalan-jalan sebentar saja sudah membuat kaos yang saya pakai basah oleh keringat. Namun rupanya hal ini tidak menyurutkan niat warga hanoi untuk menikmati danau Hoan Kiem. Ada sekumpulan anak sekolah yang sedang menggambar, calon pengantin yang melakukan sesi foto pre-wed, atau bahkan hanya duduk-duduk dan ngobrol.

Hanoi mendapat julukan sebagai kota 1000 danau. Tapi memang Danau Hoan Kiem merupakan danau yang paling terkenal. Legenda dibalik nama danau ini agak mirip dengan legenda King Arthur dan Pedang Excalibur.  Konon, Kaisar Le Loi, Kaisar pertama yang hidup sekitar tahun 1400-an mendapatkan pedang sakti dari seekor kura-kura emas. Dengan pedang ini, Kaisar Le memiliki kekuatan yang setara dengan kekuatan beberapa pria. Suatu ketika Vietnam telah memperoleh kemerdekaannya, Kaisar Le berperahu di danau. Tiba-tiba muncullah kura-kura emas yang dulu memberikan pedang itu kepadanya dan mengambil kembali pedang tersebut lalu menyelam ke dalam air. Pencarian terhadap kura-kura dan pedang tersebut tidak membuahkan hasil. Kaisar Le lalu berkata, “Dewa telah meminjamkan pedang itu kepadaku dan kini Vietnam telah terbebas dari musuh, maka tiba saatnya pedang tersebut dikembalikan”. Kaisar Le menamai danau tersebut Ho Hoan Kiem atau danau kembalinya pedang. Konon, hingga saat ini danau tersebut masih dihuni oleh kura-kura raksasa yang merupakan keturunan dari kura-kura dewa dan keberuntungan akan menaungi siapa saja yang melihat kura-kura raksasa itu.



Disini "Salonpas", disana "Salonsip"

Saya tidak berhasil melihat kura-kura hidup di danau Hoan Kiem tapi saya melihat kura-kura raksasa yang telah diawetkan yang ada di Klenteng Ngoc Son. Klenteng tua ini berada di sebuah pulau di sisi utara danau. Sebuah jembatan merah menghubungkan pulau tersebut dengan tepian danau. Hingga saat ini klenteng tersebut masih digunakan oleh masyarakat Hanoi untuk beribadah.






Hari semakin sore ketika kami sudah terlalu letih untuk berjalan lagi. Perjalanan panjang di pagi hari tadi dan cuaca yang membuat kami terus menerus berkeringat seolah-olah membuat energi dalam diri ikut menguap. Kami lalu putuskan untuk duduk-duduk saja di pinggir danau dan makan es krim coklat yang kami beli dari toko es krim di tepi danau. Saya melihat keadaan sekeliling. Ternyata semakin sore semakin banyak yang bersantai di pinggir danau. Ada juga yang memilih untuk jogging berkeliling danau. Kemudian pikiran mulai berkelana. Andai saja Jakarta juga memiliki ruang publik sedemikian luas dan bersihnya.


Duduk-duduk menikmati es krim sambil memandangi Klenteng Ngoc Son
Tortoise Pagoda
Merasa sayang melewatkan waktu tanpa aktivitas yang berarti, Rima mengajak untuk pergi ke sebuah gereja tua yang diceritakan oleh Anh. Saya setuju, tapi Rian memilih untuk menunggu saja di pinggir danau. Berbekal alamat yang dituliskan oleh Anh, saya dan Rima mulai bertanya arah ke gereja. Ternyata tidak terlalu sulit untuk ditemukan.

Vietnam merupakan salah satu negara jajahan Perancis. Tidak heran jika kemudian banyak bangunan peninggalan Perancis yang masih terawat hingga sekarang. Salah satunya adalah Hanoi Catedral atau Regina Pacis yang dibangun pada tahun 1887. Untuk sebuah negara komunis yang kebanyakan penduduknya atheis, saya agak heran mendapati gereja ini masih terjaga dengan baik.

Kata “terawat” mungkin bukan kata yang tepat untuk menggambarkan Hanoi Catedral ini. Bangunannya berwarna kusam dan kotor namun masih terlihat kokoh. Sayang, gereja itu tutup sehingga kami tidak dapat masuk kedalamnya.  






Saya melirik jam tangan. Sudah hampir jam 5 sore. Kami sudah harus kembali ke Old Quarter karena jam 7 malam kami akan dijemput di tour agent untuk berangkat ke Sa Pa dengan menggunakan kereta malam. Cerita dan foto-foto mengenai Sa Pa akan saya ceritakan di jurnal berikutnya



Komentar

  1. wahh keren nih ;)
    menarik~^^

    baca lanjutannya ahh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah mampir.

      Monggo....silakan lihat-lihat :)

      Hapus
  2. halo mbak Ira salam kenal dan makasih banyak ya sudah ikutan TFP ronde 40 :D btw koq serem banget ada ular jatuh dari bagasi ya.. hiii.. membaca jurnal mbak tentang Danau Hoan Kiem ini, saya jadi teringat dengan Science Park yang ada di UI Depok. sama2 tenang & teduh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaaiii....

      hehehe...iya tuh. ularnya iseng kali mau ikutan jalan-jalan.
      betul banget, danau UI juga nyaman untuk tempat duduk-duduk. salah satu tempat favorit kalo mau baca buku dengan tenang dan murah :)

      Hapus
  3. Kliatanya keren ya,saya juga berencana k sana bulan depan,tp ngomng ngmg vietnam free visa kan ya mba laili?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Vietnam kan termasuk dalam ASEAN. Jadi bebas visa. Paling paspor kita hanya di cap saat di imigrasi.
      Have fun ya!

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer