Mui Ne, Sebuah Penutup yang Sempurna

White Sand Dune


Dua hari terakhir di Vietnam dan kami masih punya 1 destinasi lagi yaitu Mui Ne. Mui Ne adalah sebuah kawasan  pantai yang dipenuhi dengan resort yang terletak di sisi timur Ho Chi Minh City. Sebenarnya, saya sudah pernah kesana pada kunjungan ke Vietnam pada tahun 2010 yang lalu. Namun, saya tidak keberatan kalau harus mengulang perjalanan kesana.

Kesan saya ketika mengunjungi Mui Ne 2 tahun yang lalu, Mui Ne itu mirip dengan kawasan Anyer :p. Ada jalan raya sepanjang garis pantai dengan hotel dan resort diantara pantai dan jalan. Kalau mau penginapan yang murah, maka menginaplah di sebrang jalan, menjauh dari pantai. Tapi, karena Rima ingin merasakan pantai dan mendengarkan debur ombak, maka kali ini kami menginap di hotel Sinh Tourist. Agak lebih mahal dari harga hotel yang biasanya kami tempati selama di Vietnam.

Sarapan pagi dengan vietnam sandwich yang murmer :)

Kami berangkat dari Ho Chi Minh City sekitar pukul 08.00 WIB dengan menggunakan bis. Hari sebelumnya, kami sudah memesan tiket bis (PP) dan hotel di Sinh Tourist. Jarak Ho Chi Minh City ke Mui Ne hanya sekitar 174 km, tapi lama perjalanan kesana bisa mencapai 5 jam! Sepertinya hal ini disebabkan oleh adanya peraturan yang mewajibkan kendaraan melaju dengan kecepatan maksimal 40 km/jam. Duh, benar-benar menguji kesabaran saya.


Pemandangan dari restoran hotel
Rintik hujan menyambut kedatangan kami di Mui Ne. Setelah check in dan meletakkan tas di hotel, kami pergi makan siang. Mengisi tenaga untuk bersiap mengikuti wisata setengah hari di Mui Ne. Sama seperti tiket bis, paket wisata juga kami beli di Sinh Tourist. Kami akan mengunjungi Fairy Stream, White Sand Dunes (bukit pasir putih) & Yellow Sand Dunes (bukit pasir kuning). Dari kunjungan sebelumnya, hanya Fairy Stream yang belum saya kunjungi. Sedikit penasaran tentang ini.

Awalnya agak bingung karena disuruh turun bis dan lepas alas kaki. Lalu, tour guide mengajak kami jalan kaki ke arah jembatan dan turun ke sungai kecil yang sisinya dipenuhi pepohonan. Saya pikir sungai kecil itu akan cukup dalam karena melihat airnya yang berwarna coklat. Paling tidak sebetis lah, tapi ternyata hanya sedikit di atas mata kaki. Sebenarnya, air sungai bening. Warna coklat itu karena pasir yang ada didasar sungai.Terasa geli di telapak kaki ketika berjalan di atasnya.







Kami berjalan ke arah hulu. Sedikit demi sedikit pepohonan di pinggir sungai mulai berkurang hingga kami sampai ke suatu tempat dengan tebing pasir yang sudah mengeras. Menurut si tour guide (yang saya lupa namanya), pasir tersebut mengeras dan terbentuk sedemikian rupa karena proses selama bertahun-tahun berulang kali terkena air hujan dan angin.  







Tempat kedua yang kami kunjungi adalah White Sand Dune. Kali kedua berkunjung kesini dan saya masih merasa aneh menemukan padang pasir seluas ini di wilayah Asia. Selama ini selalu membayangkan adanya padang pasir di negara-negara timur tengah atau bagian utara Afrika.Sayangnya, gerimis kembali turun sehingga tidak banyak foto yang buat. Padahal hari itu tidak banyak pengunjung. Cocok untuk membuat foto seolah-olah terdampar di gurun pasir di negeri antah berantah :)




Agenda terakhir pada wisata sore itu adalah Yellow Sand Dune. Berbeda dengan White Sand Dune yang letaknya agak terpencil, Yellow Sand Dune terletak tepat di pinggir jalan. Gerimis juga sudah berhenti sehingga lebih banyak orang yang datang.

Bisa melihat pantai dikejauhan


Pulang

Malam harinya, saya dan Rima sempat duduk-duduk di pinggir pantai untuk menikmati suara ombak. Tidak terasa, perjalanan ke Vietnam akan segera berakhir. Keesokan paginya kami kembali ke Ho Chi Minh City dengan bis yang lambat itu dan terbang kembali ke Jakarta pada malam hari. Satu minggu dirasa kurang untuk menjelajah Vietnam. Masih ada daerah yang belum saya kunjungi. Mungkin saja, saya akan kembali ke Vietnam untuk ketiga kalinya.


Komentar

Postingan Populer