1001 Pertemuan dengan Cicak

Kebanyakan wanita yang saya kenal takut reptil. Saya pun demikian. Geli, jijik, takut atau apapun istilahnya membuat kami -saya lebih tepatnya- sebisa mungkin menjauhi binatang melata itu. Bukannya tidak cinta dengan ciptaan Allah, tapi demi ketenangan orang banyak lebih baik kami mengagumi dari jauh.

Dari berbagai jenis reptil yang ada, saya paling takut sama cicak. Bukan berarti saya lebih berani menghadapi ular lho. Hanya saja frekuensi ketemu cicak kan jauh lebih tinggi daripada ketemu ular. Bagi saya, tubuh cicak yg berwarna pucat & kenyal itu menjijikkan.

Ketakutan saya pada cicak berawal dari sebuah kejadian saat saya berusia 6 atau 7 tahun. Waktu itu, sekitar jam 7 malam, saya sedang nonton tv. Karena sorenya hujan, maka malam itu banyak laron berterbangan. Sambil nonton tv, saya iseng menangkapi laron yg ada didekat saya. Tiba-tiba, pluk! Cicak jatuh ke leher saya dan masuk ke dalam baju. Kontan saya berteriak histeris. Nangis.

Mendengar saya menangis, ibu datang untuk menenangkan dan mengibas baju saya untuk mengeluarkan cicak. Satu cicak keluar, tapi saya masih sibuk berteriak "Ada lagi. Cicaknya masih ada". Ibu tidak percaya. Ia pikir saya cuma histeris dan berusaha menenangkan saya. Kesal karena tidak didengarkan, saya kibaskan baju. Benar, satu cicak keluar. Ternyata tadi ada 2 cicak yang jatuh ke leher saya.

Sejak kejadian itu, saya takut sama cicak. Belum sampai taraf phobia sih, walapun saya bisa histeris dan sesak napas kalau "dihinggapi" cicak. Sialnya, saya justru mengalami berbagai kejadian yg mempertemukan saya dengan cicak. Mungkin sama seperti kuda dan anjing yang konon bisa merasakan aura ketidaksukaan dari seseorang terhadap mereka. Saya curiga cicak bisa mengendus perasaan tidak suka saya sama kaumnya dan seolah-olah justru mendekati untuk mengubah pendapat saya akan mereka.

Saat pengajian di SMP, dari semua tas siswi yg terbuka saat itu cicak memilih masuk dalam tas saya. Saat SMA, dari semua sepatu yang ada di rak, cicak memilih masuk dalam sepatu saya. Saat kuliah, dari seluruh penghuni rumah yang buka lemari dapur, cicak memilih untuk lompat ke baju saat saya yang membuka pintu lemari. Masih banyak lagi kejadian di beragam tempat dan waktu.

Tapi dari semua peristiwa dengan cicak ada 1 kejadian yang nyaris mustahil terjadi. Saya rasa bahkan kemungkinan rumah tertimpa pesawat masih lebih besar dari ini.

Tahun 2007 sekitar jam 9 malam, saya pulang dari kantor. 20 meter menjelang sampai rumah, ojek yang saya tumpangi sedikit oleng. 

"Kenapa Bang?", tanya saya. 

"Kejatuhan binatang Neng", kata si Abang tukang ojek

"Oooo..", saya pikir mungkin belalang atau ngengat

Sampai depan rumah, saya turun dan bayar. Sambil memasukkan uang kembalian ke kantong, saya lihat si Abang tukang ojek masih sibuk mengibaskan jaketnya. Tiba-tiba :

"Aduh...duh..duh...Bang, binatangnya masuk ke dalam baju saya nih!", teriak saya. Saya bisa merasakan ada binatang seukuran jari tengah tangan di pinggang saya.

"Tolong keluarkan. Huaaaa....", saya mulai histeris.

"Tangkap saja Neng. Tangkap", kata si Abang tukang ojek.

"Duuuuh...si abang nggak membantu deh", pikir saya

Akhirnya, setelah beberapa kali lompat-lompat sambil berteriak heboh, keluarlah binatang yang masuk ke dalam baju saya. Ternyata binatang yang sudah kurang ajar itu adalah cicak! 

Coba bayangkan, berapa banyak motor yang melintas di jalan itu, tapi cicak jatuh dari lampu jalanan ke ojek yang saya tumpangi. Mungkin ini salah satu cara cicak mendekatkan diri dengan saya. Entahlah. Pastinya, saya lebih memilih agar kami saling mengagumi dari jauh saja.

*ditulis jam 2 dini hari saat tiduran di lantai karena mengungsi ke kamar adek setelah ada anak cicak jalan-jalan di kasur saya.