Diantara Dua Ho Chi Minh


Hari ke-6 di Vietnam dimulai dengan sedikit lebih santai. Jika sebelumnya kami hampir selalu harus bersiap dari pagi karena mengejar pesawat atau ada paket wisata yang kami ikuti, hari ini kami tidak terikat jadwal apapun di pagi hari. Jadwal pesawat kembali ke Ho Chi Minh City baru nanti siang sekitar jam 2. Ini berarti kami punya waktu setengah hari untuk kembali menjelajah kota Hanoi.


Setelah check out dari penginapan dan menitipkan tas di lobby penginapan, kami sarapan di sebuah rumah makan di seberang hotel. Sambil sarapan, saya perhatikan kesibukan di Old Quarter. Beberapa penduduk lokal menikmati sarapan di pinggir jalan, duduk di kursi plastik pendek yang sangat khas. Beberapa pedagang buah terlihat menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda. Anak sekolah dan karyawan terlihat memulai aktifitasnya dengan menggunakan sepeda atau motor. Sebaliknya, tidak banyak turis asing yang terlihat sudah memulai harinya. 




Rencana pagi itu kami akan mengunjungi Ho Chi Minh Mausoleum. Namun, sebelumnya kami akan ke sebuah klenteng yang tidak jauh dari penginapan karena Kemarin saat di bis menuju Ha Long Bay, saya sempat melihat sebuah klenteng yang sepertinya dihias hingga meriah. Kami punya waktu hingga pukul 11 siang karena taksi yang kami pesan akan datang sekitar jam tersebut untuk mengantarkan kami ke bandara.

Kami berjalan kaki ke arah klenteng yang dimaksud. Benar saja, ternyata tidak terlalu jauh dari penginapan. Namun, saya salah. Ini bukan klenteng, melainkan “Old Quarter Heritage Information Center”. 


Nama asli bangunan ini adalah Dinh Kim Ngan. Pada awalnya bangunan ini digunakan oleh para imigran sebagai gedung pertemuan para pengrajin perak di Jalan Hang Bac untuk bertransaksi. Pada akhir abad ke-19, bangunan ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya pada pedagang perhiasan. Pada tahun 2009, pemerintah Kota Hanoi bekerja sama dengan pemerintah Kota Toulus, Perancis merenovasi bangunan ini. Bangunan tersebut kembali ke fungsi semula, yaitu sebagai tempat pertemuan, peribadatan, tempat pelaksanaan training dan pameran.

Kali ini Old Quarter Heritage Information Center digunakan dalam rangka Mid-Autumn Festival (Festival pertengahan musim gugur). Mid-Autumn Festival adalah perayaan yang dilakukan para petani di Vietnam setelah panen ketika udara mulai dingin dan keadaan lebih tenang. Bulan ke delapan adalah masa dimana panen telah dilakukan, petani bisa bersantai menikmati panen dan memprediksi waktu tanam dan panen dengan membaca pertanda dari bulan purnama di pertengahan musim gugur.

Mid-Autumn Festival juga berarti hari libur bagi anak-anak. Inilah saatnya dimana anak-anak bebas untuk menikmati hari  dengan bermain dan mendekatkan diri dengan alam. Para orang tua akan membuat mainan yang memiliki makna. Boneka dan lampion berbentuk bintang memiliki makna harapan dari orang tua agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan memiliki cita-cita yang tinggi.





Setelah puas mengambil foto, kami naik taksi ke Ho Chi Minh Mausoleum. Letaknya ternyata tidak terlalu jauh dari Old Quarter dan tidak terlalu sulit untuk dicari. Kami cukup menunjukkan nama tempatnya dan supir taksi sudah langsung tahu harus kemana mengantarkan kami.

Sebelum berangkat ke Vietnam, saya sempat membaca mengenai Ho Chi Minh Mausoleum. Disinilah jenazah Ho Chi Minh, sang pendiri bangsa Vietnam diawetkan dan dipamerkan. Beberapa situs yang saya baca menyebutkan kalau setiap tahun antara bulan September-Desember , jenazah Ho Chi mInh akan dibawa ke Rusia untuk perawatan. Beberapa situs lainnya menyebutkan kisaran waktu antara bulan Oktober-Desember. Saya berharap kisaran waktu kedua yang benar adanya. 

Lagi-lagi, saya salah. Kami pergi ke Vietnam di pertengahan bulan September dan ternyata jenazah Ho Chi Minh sudah dibawa ke Rusia. Mausoleum di tutup untuk umum. Hanya museum dan rumah dinas Ho Chi Minh yang tetap buka dan bisa dikunjungi. Namun, dua tempat itu kurang menarik bagi kami. Akhirnya, kami hanya berfoto dibagian depan dan melihat pergantian penjaga.

Museum Ho Chi Minh

Halaman depan mausoleum

Jangan coba-coba melewati garis kuning. Bisa diteriaki oleh penjaga yang dibawah pohon.


Pergantian penjaga


Masih ada waktu sekitar 1,5 jam sebelum kami berangkat ke bandara. Setelah puas berfoto di depan mausoleum, kami berjalan kaki tanpa benar-benar tahu arah yang kami tuju. Kami berjalan ke sisi kanan mausoleum karena tertarik dengan trotoarnya yang luas dan rimbun. Ternyata, kami melewati istana presiden. Tidak terlalu yakin bangunan berwarna kuning ini digunakan karena tidak ada penjagaan yang ketat di depannya. Sungguh berbeda dengan di Jakarta. 


Istana presiden


Setelah melewati istana presiden, kami berbelok ke kanan. Melewati sebuah gereja dengan sepasang calon pengantin sedang melakukan sesi foto prewedding. Kami juga melewati beberapa rumah besar yang dijaga tentara sehingga kami dilarang untuk mengambil foto. Sepertinya, ini deretan rumah duta besar. Diujung jalan, beberapa cafe tampak cukup ramai dengan pengunjung. Kursi-kursi diletakkan di halaman, di bawah pohon rindang. Udara yang lembab dan gerah membuat kami tergoda untuk mampir dan memesan segelas coklat dingin.



Tepat pukul 11 siang, kami sampai di depan penginapan. Bersamaan dengan taksi yang sudah dipesankan oleh pihak penginapan untuk membawa kami ke bandara. Perjalanan dari Old Quarter sampai ke bandara memakan waktu kurang lebih 30 menit. 

Sesampainya di bandara, kembali kami menemui keadaan yang serba semrawut. Bandara Noi Ba,Hanoi hanya memiliki satu gedung terminal. Keberangkatan dan kedatangan, baik penerbangan internasional maupun domestik, semua ada di gedung yang sama. Khusus untuk counter Jetstar, terletak di lantai dasar atau lantai kedatangan. Berbeda dengan airline lainnya yang keberangkatannya terletak di lantai 2.

Jika sebelumnya saya pikir check in di terminal domestik di bandara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City sudah semrawut, saya harus berpikir dua kali. Check in di Bandara Noi Ba membutuhkan kesabaran jauh lebih banyak. Beberapa kali, antrian saya di potong. Ketika saya tegur, mereka berbicara dengan bahasa Vietnam bernada tinggi. Lebih menjengkelkan lagi, ketika justru petugas airline yang mempersilakan warga lokal di belakang saya untuk check in lebih dulu. Benar-benar membuat frustasi.

Antri check in sampai duduk di lantai
Terlepas dari segala kekacauan sewaktu check in, penerbangan ke Ho Chi Minh relatif tepat waktu dan lancar. Sekitar pukul 17.00 kami sudah sampai di Pham Ngu Lao, kawasan backpacker di Ho Chi Minh City. Setelah menemukan penginapan untuk bermalam, kami bergegas menuju Pasar Ben Thanh untuk membeli oleh-oleh. Beberapa toko sudah tutup sewaktu kami sampai, tapi kami masih sempat membeli beberapa barang yang kami cari.



Pasar Ben Thanh
Setelah berbelanja dan makan malam, kami menjelajah kota Ho Chi Minh. Diawali dengan naik taksi ke gereja Basilica of Our Lady of The Immaculate Conception yang juga dikenal dengan sebutan gereja Notre Dame Basilica. Di malam hari, gereja tersebut tutup tapi halaman depannya ramai dengan warga yang berdoa atau hanya sekedar duduk-duduk.

Gereja Notre Dame - 2012

Gereja Notre Dame - 2010




Di samping gereja, terdapat bangunan Kantor Pos yang megah dan juga sudah tutup. Saya cukup beruntung karena pernah masuk ke dalamnya pada kunjungan saya yang pertama pada tahun 2010 yang lalu.

Kantor Pos - 2012

Kantor Pos - 2010


Kami lanjut berjalan kaki ke gedung opera dan balaikota yang terletak saling berhadapan. Kedua gedung ini tampak cantik dimalam hari dengan adanya lampu-lampu. Malam itu kami tutup dengan menikmati capuccino di pelataran gedung Sun Wah Tower. 

Otw to Opera house

Gedung Opera


Balaikota


Sun Wah Tower

Gereja Notre Dame, gedung opera, balaikota dan secangkir capuccino di Sun Wah Tower sama persis dengan yang saya lakukan pada tahun 2010 yang lalu. Tempat yang sama namun dengan orang-orang yang berbeda menghadirkan pengalaman dan cerita yang berbeda. Masing-masing memiliki tempat tersendiri di hati saya.

Komentar

Postingan Populer